Kenya selalu menempatkan pelarinya sebagai kampiun nomor 800 m Putra di tiga olimpiade terakhir yang berlangsung. Dominasi Kenya berlanjut setelah Emmanuel Korir menjadi yang tercepat pada babak final (4/8) yang berlangsung di Stadion Nasional Jepang. Ia mencatatkan waktu 1 menit 45,06 detik, lebih cepat 0,17 detik dari rekan senegaranya Ferguson Rotich dan Patryk Dobek dari Polandia yang memastikan medali perak dan perunggu.
“Aku nggak tahu harus berkata apa, terima kasih Tuhan!,” katanya kepada World Athletics. Ia mengungkapkan tidak memiliki strategi khusus pada perlombaan yang penuh taktikal tersebut. “Aku hanya mencoba, mengikuti, dan melihat apa yang terjadi,” sebutnya.
Kejadian tersebut menjadi momen besar dan bersejarah bagi Korir yang 15 Juni lalu genap berusia 26 tahun. Terlebih ia sempat melalui masa sulit saat gagal lolos ke final Kejuaraan Dunia 2017 dan 2019. Kali ini ia membayar tuntas. ”Hari ini adalah hariku,” ucapnya.
Di media sosial, David Rudhisa turut menyambut prestasi dua juniornya di Tokyo 2020. “Kembali ke Kenya. Kami mempertahankan (medali) emas pada dalam empat Olimpiade beruntun di nomor 800 m putra,” tulis Rudisha dalam unggahan di Instagram.
Pada edisi 2012 dan 2016, Rudisha back-to-back mendulang medali emas di nomor 800 m. Selain menyusul jejak Rudisha, capaian Korir juga menapaktilasi karir pelatihnya Paul Ereng, yang juga merebut medali emas di ajang Olimpiade Seoul 1988.
Kenya merupakan negara kedua yang sukses menempatkan dua atletnya meraih emas-perak di Olimpiade, selain AS. Sebelumnya pada edisi Barcelona 1992, dua pelari Kenya juga mewujudkan hal serupa lewat aksi William Tanui dan Nixon Kiprotich. (*)